C.I.N.T.A
Cinta itu sederhana dan suci,
namun ambisi datang membelit dan
menodai.
atau
Cinta itu takhta tertinggi,
Lebih baik mati dari pada tidak
memiliki.
Scr: blokbojonegoro.com
C.I.N.T.A kata yang penuh dengan
misteri, penuh dengan arti. Setiap insan di muka bumi ini mengenal dengan jelas
kata cinta, bahkan sering mempergunakannya. Namun tidak semua insan-insan ini
menyadari bahwa cinta itu suci dan juga sederhana. Seperti yang dikatakan oleh
Alm. Eyang Supardi dalam puisinya Aku Ingin.
“Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu”
Cinta Aku begitu sederhana, dan juga
suci. Bahkan ketika api membakar kayu sampai menjadi abu pun, cinta itu masih
ada di sana.
Tapi benarkah cinta se-sederhana
itu?
Bagaimana dengan ambisi ingin memiliki?
Apakah cinta cukup dirasa olehmu saja tanpa dia mengetahuinya?
Bagaimana dengan ambisi ingin memiliki?
Apakah cinta cukup dirasa olehmu saja tanpa dia mengetahuinya?
Banyak kata-kata ajaib terkait
permasalahan C.I.N.T.A. Dua diantara kebanyakannya sering digunakan oleh mereka yang saling bertentangan.
“Cinta itu tak harus memiliki”
“Cinta itu harus diperjuangkan”
Namun sejatinya, keduanya adalah
masalah dialektika, yang tidak bisa dijawab dengan “YA” atau “TIDAK”. Namun
bisa dijawab dengan “YA” dan “TIDAK” secara bersamaan dengan faktor
pendukungnya. Lantas, apa sajakah faktor
pendukungnya itu?
Pertama, dan yang hanya bisa dibahas
oleh penulis abal seperti saya adalah waktu.
Waktu adalah misteri yang dapat mengubah segalanya. Bahkan batu yang keras sekalipun akan berubah jika terkenai waktu.“Aku akan berjuang untuk mendapatkannya”, katamu suatu waktu.
Lalu, 5 bulan kemudian dia dilamar (dan
mujur atau sial?) juga direstui oleh kedua belah pihak keluarga. Jika cintamu begitu besar, alih-alih mengharap keburukan bagi kedua mempelai, kau akan berkata dengan lirih “Aku
bahagia, asal dia bahagia.”
Namun, faktor waktu dipengaruhi oleh
faktor pendukung lainnya. Kedewasaan, pola pikir, kesiapan
mental, lingkungan. Pelik memang, karena cinta sejatinya adalah
misteri hati yang tidak pernah benar-benar bisa diselami.
Ditulis pada malam Jumat, dengan saksi dinding-dinding kamar.
dan juga bayangannya yang tak lekang di ingatan.
Komentar
Posting Komentar