MONSTER YANG DISENGAJA

Sapiens - Yuval Harari
- Sebuah pemikiran semi fiksi
Terinspirasi dari salah satu halaman buku Sapiens.

Hidup dalam lingkungan yang selalu mengganggap apa yang kamu katakan benar dan jitu tak pelak akan membuatmu menjadi orang yang sukar untuk menerima pemikiran orang lain. 

Suatu hari kau mendengar kalimat, "Udah, ko aja. Aku/kami mana bisa." 

Saban hari kau mencoba bertanya, "Udah benar kok. Itu aja," pertanyaanmu tenggelam. 

Besok kau mendengar lagi, "Ko ajalah. Cepat." 

Syahdan, ahlan wa sahlan. Sadar tidak sadar, lingkunganmu sendiri telah menciptakan monster dalam dirimu yang selalu mengganggap rendah/remeh pemikiran orang lain. 

Lebih jauh lagi, kau mulai selektif untuk menerima apa yang orang lain katakan/kerjakan. Orang menyebutmu perfeksionis, namun sejatinya tak ada lagi rasa percayamu pada mereka. Bahkan untuk hal remeh sekalipun.

Hal ini diperparah dengan kepala yang selalu saja menggangguk terhadap apa yang kau katakan. Kau semakin pongah, kepalamu mulai terangkat menampakkan lubang hidungmu yang cukup untuk dua ekor lalat berdiam di dalamnya.

Kepalamu membesar, dan perlahan mulai mengeras. Tak pelak suaramu ikut-ikutan mengeras. 

"Akulah Raja di sini. Ha ha ha." 

Kepala-kepala lain makin deras menggangguk, entah takut entah setuju, tak bisa lagi dibedakan.

Kau mulai berjalan dengan pongahnya. Bahumu terangkat sedemikian rupa menjajari telingamu. Kepalamu terangkat sedemikian rupa hingga kau tak pernah bisa memperhatikan langkahmu. 

Satu hari temanmu berbicara dengan begitu semangatnya, air liurnya tumpah ke mana-mana. Kau tersenyum sinis. 

"Apa sih. Sok iya kali. Orang aku uda taupun," batinmu mencemoohnya. 

Belum selesai lagi dia berbicara kau beranjak meninggalkannya. Namun naas, kepalamu begitu terangkat tinggi hingga kau tak bisa melihat air liur temanmu menggenang tepat di langkahmu. Kau terpeleset. 

Begghhh, kedebam. Suara keras menggema, hasil perpaduan badanmu dan juga lantai. Tak pelak kepalamu menjadi korban.

"Astaghfirullah." Kau terbangun dari tidurmu. Nafasmu terburu-buru. 

"Astaghfirullah, ya Allah". Kau mengusap berkali-kali mukamu. 

Kau menerawang dengan tangan yang gemetar. Masih terekam jelas dalam ingatanmu, bayang-bayang monster akibat hal sepele dari lingkunganmu sendiri.

Segera kau mengambil pena dan kertas, mencatat nasihat yang masih begitu hangat dalam kepalamu. Sedikit banyak, terlebih dan terkurang, beginilah bunyinya.

"Tidak semua orang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang, dan tak semua orang berjiwa pemimpin. Namun, setiap manusia dianugerahi satu mulut tak lebih tak kurang bentuknya untuk berbicara"

Monster yang Disengaja - Daek, Lingga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ROMANSA SENJA 2

HALO DESEMBER

CATATAN INTROVERT - LAMPU TEMARAM DI UJUNG JALAN