MINORITAS

- Sebuah pemikiran yang absurd.


Jika kamu menyukai teh, maka kamu tidak bisa memaksakan seleramu pada penyuka kopi. Pun sebaliknya. Setiap individu manusia di seluruh penjuru dunia per meter kuadratnya sangat paham dan mengerti akan konsep ini. Namun, nyata dan fakta yang terjadi pada pada setiap individu maupun sekelompok individu yang mendiami salah satu planet di Galaksi Bima Sakti ini, mereka masih saja bahkan sering memaksakan kehendaknya pada orang lain. Teori pada buku tetaplah teori, meski telah dikutip dan menjelma menjadi teoritis, akan jatuh dan bertekuk lutut pada doktrin: 

"Realita mah emang ga sesuai sama buku. Makanya kalo belajar jangan cuman baca buku, noh liat juga lingkungan sekitar."

Namun yang terburuk dari kumpulan terburuk dari salah satu jenis manusia yang hanya melihat refleksi cahaya bintang 400 juta tahun yang lalu ini adalah mereka yang selalu merasa benar karena identitas mayoritas, lebih buruknya lagi mereka yang tidak hanya bangga melabeli diri sendiri sebagai mayoritas tapi juga menolak bahkan melecehkan kaum minoritas. Oh, come on, minoritas tidak hanya perihal suku, etnis bangsa saja. Jika mendengar kata mayoritas dan minoritas membawamu pada pemikiran suku, etnis bangsa, maka hmmm (sebaiknya tidak saya teruskan, dari pada hmmmm).

Perihal mayoritas dan minoritas, mungkin kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mendiami salah satu planet ciptaan-Nya  dengan satu satelit yang turut bersamanya dalam berjalan beriringan me-revolusi matahari sebagai pusat tata surya selama 365 1/4 hari per satu kali revolusinya, tidak asing lagi dengan kaum mayoritas dan segala hak veto yang melekat padanya. Maka dari pada itu, mari sejenak kita menilik dari sudut pandang kaum minoritas.

Berbicara tentang kaum minoritas, dari segi emm... (agar menarik, saya tidak menyebutkannya secara eksplisit. Jadi kamu harus membaca celotehan ini dengan seksama agar kamu bisa menemukan kaum minoritas yang saya sebutkan secara implisit). Jadi, dari sudut pandang kaum minoritas ini, mereka selalu merasa tak percaya diri bahkan malu untuk menampakkan diri. Bukan, bukan karena mereka buruk rupa, tak berharta, atau tak berpendidikan. Tapi karena kaum mayoritas tidak akan mentolerir segala bentuk ke-ekstensian mereka hanya karena mereka berbeda dengan kebanyakan orang. Sedih bukan? HA HA. 

Well, tidak semua kaum mayoritas begitu membenci kaum minoritas. Saya yakin dan percaya masih ada manusia keturunan Adam dan Hawa yang mendiami tanah dengan berbagai tekstur di setiap belahan bumi dengan karakteristik masing-masing dan menjadikannya daerah penghasil tumbuhan khasnya masing-masing ini masih mempunyai hati nurani sehingga bisa menerima kaum minoritas tersebut dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Tapi bukan berarti tidak ada dari mereka_kaum minoritas tadi, yang tidak berani menunjukkan ke-ekstensiannya.  Mereka selalu eksis dengan segala konsekuensinya. Yah, dihujat, dihina, dilabeli, dibully secara verbal melalu gerakan jempol jari yang tak berperasaan. Oh, sungguh malang hidupnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan, ketabahan, dan hidayah kepada mereka. Aminn

Jadi, menurutmu, siapa kaum minoritas yang dimaksud?

Minoritas, Tanjungpinang 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ROMANSA SENJA 2

HALO DESEMBER

CATATAN INTROVERT - LAMPU TEMARAM DI UJUNG JALAN